•6:58 PM
Bintang yang berkilauan bukanlah satu-satunya permata di angkasa. Ilmuwan melaporkan Kamis lalu akan keberadaan "planet berlian" dengan ukuran dua kali lebih besar dari Bumi dan delapan kali massa planet kita, berputar di dekat sebuah bintang.
Bahkan ini bukanlah planet berlian pertama yang ditemukan, namun planet ini adalah yang pertama ditemukan mengorbit bintang menyerupai matahari dan unsur kimiawinya bisa dirinci secara spesifik.
Dengan penemuan ini planet berbatu yang jauh tak lagi bisa diasumsikan memiliki unsur kimia, interior, atmosfer, serta biologi yang mirip dengan Bumi, menurut peneliti utama Nikku Madhusudhan, peneliti pasca-doktoral bidang fisika dan astronomi di Yale.
Planet berlian ini pertama diobservasi tahun lalu -- namun para peneliti pertama mengasumsikan bahwa unsur kimia planet ini mirip dengan Bumi.
Baru setelah analisis mendetail dari tim peneliti gabungan Amerika dan Prancis, mereka mendapati bahwa planet 55 Cancri e sangat berbeda dari Bumi.
Rupanya planet ini sebagian besar terdiri dari gabungan karbon (seperti grafit dan berlian), besi, karbid silikon, dan mungkin silikat. Begitu ditulis para peneliti dalam laporan yang dimuat di jurnal AS, Astrophysical Journal Letters.
"Permukaan planet ini sepertinya ditutupi oleh grafit dan berlian dan bukan air serta granit," kata Madhusudhan.
Bahkan planet ini sepertinya sama sekali tak punya air. Dan sekitar sepertiga dari massa planet bisa terbuat dari berlian, sejenis karbon yang sangat padat.
Jika dibandingkan, interior Bumi kaya dengan oksigen dan sangat sedikit karbon, menurut salah satu peneliti Kanani Lee dari Yale.
Para peneliti memperkirakan radius planet saat berada di depan bintangnya. Informasi ini, digabung dengan perkiraan massanya, digunakan untuk menentukan model komposisi planet. Berdasarkan perhitungan, mereka kemudian menentukan apa saja elemen yang bisa menghasilkan ukuran dan massa yang spesifik seperti planet tersebut.
Planet tersebut mengorbit bintangnya sangat cepat -- satu tahun di Bumi berlalu hanya 18 jam di planet tersebut. Dan karena terletak sangat dekat dengan bintangnya, suhu di permukaan rata-rata 3900 derajat Fahrenheit (2148 derajat Celsius), sangat tidak memungkinkan adanya kehidupan.
Planet yang hanya 40 tahun cahaya dari Bumi dan terletak di konstelasi Cancer ini membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam mempelajari proses geokimia dan geofisika pada planet-planet seukuran Bumi lain dalam sistem tata surya kita.
Kadar karbon yang tinggi kemungkinan berdampak pada pembentukan gunung api, gempa bumi, dan pegunungan, serta menambah bukti bahwa planet-planet semakin beragam dan banyak dari yang awalnya diperkirakan.
"Bintang-bintang itu cukup sederhana -- dengan melihat massa dan usia bintang, Anda bisa tahu struktur dasar serta sejarahnya," kata David Spergel, seorang astronom dari Princeton University.
"Planet lebih kompleks. 'Bumi yang kaya berlian' ini bisa jadi hanya satu contoh dari temuan yang lebih kaya yang masih menunggu kita, seiring dengan kita mulai mengeksplorasi planet-planet lain di dekat bintang-bintang tersebut."